Sistem Ketatanegaraan Negara Republik Indonesia
terdapat dalam Sistem Konstitusi (Hukum Dasar) Republik Indonesia, selain
tersusun dalam hukum dasar yang tertulis yaitu UUD 1945, juga mengakui hukum
dasar yang tidak tertulis. Perlu diperhatikan bahwa kaidah-kaidah hukum
ketatanegaraan tidak hanya terdapat pada hukum
dasar. Kaidah-kaidah hukum ketatanegaraan terdapat juga pada berbagai peraturan
ketatanegaraan lainnya seperti dalam Tap. MPR, UU, Perpu, dan sebagainya.
Hukum dasar tidak tertulis yang dimaksud dalam UUD
1945 adalah Konvensi atau
kebiasaan ketatanegaraan dan bukan hukum adat (juga tidak tertulis),
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara.
Meminjam rumusan (dalam teori) mengenai Konvensi dari AV. Dicey : adalah ketentuan yang
mengenai bagaimana seharusnya mahkota atau menteri melaksanakan “Discretionary Powers “.
Dicretionary Powers adalah
kekuasaan untuk bertindak atau tidak bertindak yang semata-mata didasarkan
kebijaksanaan atau pertimbangan dari pemegang kekuasaan itu sendiri.
Hal diatas yang mula-mula mengemukakan yaitu Dicey
dikalangan sarjana di Inggris pendapat tersebut dapat diterima, beliau
memperinci konvensi ketatanegaraan merupakan hal-hal sebagai berikut :
- Konvensi adalah bagian dari kaidah ketatanegaraan (konstitusi) yang tumbuh, diikuti dan ditaati dalam praktek penyelenggaraan negara.
- Konvensi sebagai bagian dari konstitusi tidak dapat dipaksakan oleh (melalui) pengadilan.
- Konvensi ditaati semata-mata didorong oleh tuntutan etika, akhlak atau politik dalam penyelenggaraan negara.
- Konvensi adalah ketentuan-ketentuan mengenai bagaimana seharusnya (sebaliknya) discretionary powers dilaksanakan.
Menyinggung ketatanegaraan adalah tak terlepas dari
organisasi negara, disini muncul pertanyaan yaitu : apakah negara itu? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut kita pinjam “Teori Kekelompokan” yang dikemukakan oleh ; Prof. Mr. R. Kranenburg.
Adalah sebagai berikut :
“Negara itu
pada hakekatnya adalah suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh
sekelompok manusia yang disebut bangsa dengan tujuan untuk menyelenggarakan
kepentingan mereka bersama “
Maka disini yang primer adalah kelompok manusianya,
sedangkan organisasinya, yaitu negara bersifat sekunder.
Tentang negara muncul adanya bentuk negara dan sistem
pemerintahan, keberadaan bentuk negara menurut pengertian ilmu negara dibagi
menjadi dua yaitu : Monarchie
dan Republik.
- Jika seorang kepala negara diangkat berdasarkan hak waris atau keturunan maka bentuk negara disebut Monarchie dan kepala negaranya disebut Raja atau Ratu.
- Jika kepala negara dipilih untuk masa jabatan yang ditentukan, bentuk negaranya disebut Republik dan kepala negaranya adalah Presiden.
http://selalucintaindonesia.wordpress.com/2013/05/04/sistem-ketatanegaraan-ri-berdasarkan-pancasila-dan-uud-1945/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar